TERKINI POST ‐ Ekonom senior Dr Rizal Ramli menyikapi tingginya peningkatan utang Indonesia sebagaimana tercermim dalam APBN 2022.
Rizal juga mengatakan, Sri Mulyani itu pintar, tapi jor-joran dengan melakukan proyek yang ngasal.
“Pintar tapi APBN jor-joran, proyek-proyek ngasal & IKN (Ibu Kota Nusantara) ibu kota baru,” kata Rizal.
Penyebabnya, kata mantan Rizal Ramli, semua proyek diamini oleh Menteri Sri Mulyani sehingga terpaksa ngutang sana-sini.
Baca Juga:
Litbang Kompas Ungkap Sebanyak 84,7 Persen Rakyat Kecil Puas dengan Pemerintahan Prabowo
Megawati Soekarnoputri Bersedia Bertemu degan Prabowo Subianto, PDI Perjuangan Ungkap Alasannya
Dikutip dari @rizalramli.official, Rizal menyebut, akhirnya rakyat yang sengsara karena harus membayar kenaikan pajak.
“Semua proyek di OK-kan, sehingga terpaksa ngutang-ngutang jor-joran, akhirnya rakyat yang harus bayar lewat kenaikan pajak & tarif.”
“Pintar tapi keblinger karena rugikan rakyat dan negara karena bunga utang yang tinggi,” katanya.
Berdasarkan pengalaman, Rizal Ramli mengatakan bahwa nyaris semua Menkeu berani mengatakan “Tidak” kepada Presiden.
Baca Juga:
Ketua KPK Buka Suara Soal Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Belum Ditahan Meskpun Sudah Jadi Tersangka
Ada Pihak yang Diam-diam Incar Posisi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri: Gila!
Jokowi Ucapkan Selamat Ulang Tahun, Panda Nababan: PDIP Sudah Legawa dengan yang Dilakukan Jokowi
“Nyaris semua Menkeu berani bilang ‘Tidak’ kepada Presiden, sejak Ali Whardana, Radius Prawiro dll sampai RR (Rizal Ramli, red.), tentu dengan cara-cara halus.”
“Hanya Sri Mulyani yang selalu bilang ‘Ya’ kepada kemauan Presiden, termasuk kasus Century & kepada Jokowi,” ujarnya di Jakarta, Jumat, 6 Juli 2022.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) juga menyentil Menkeu Sri Mulyani terkait pembayaran bunga utang yg terus mengalami kenaikan.
DPD menyoroti rasio pembayaran bunga utang thd total belanja pemerintah pusat di APBN 2022 yg mencapai 20,87% atau Rp 405,86 triliun
Baca Juga:
Hasto Kristiyanto Siapkan Pledoi atau Pembelaan Dìri dalam 7 Bahasa, PDI Perjuangan Ungkap Alasannya
“Meningkat lebih dari 2kali lipat dibanding 2015 yg sebesar Rp 156 triliun/ 13,8% dari total belanja pemerintah pusat,” ujar Ketua Komisi IV DPD Sukiryanto dlm rapat bersama 24 Januari 2022 lalu
Sukiryanto mengatakan, pembayaran bunga utang Rp 405,86 T ini terdiri dari 2 kelompok.
Pertama, Rp 393,6 T untuk bunga utang dlm negeri (97%) dan Rp 12,17 T untuk luar negeri (3%)
Dalam acara tsb Sri Mulyani meminta DPD agar tak melihat dari satu sisi saja bahwa utang dan pembayaran bunga utang naik.
Karena itu, ia meminta DPD untuk melihat lebih manfaat dari APBN yang ditopang pembiayaan utang ini.
Menkeu itu mencontohkan bahwa pendapatan negara dan penerimaan pajak anjlok 16% & 19% tahun 2020.
Tapi APBN berusaha menyerap tekanan itu sehingga belanja negara tetap naik 12,4%.
“Saya harap DPD tdk hanya melihat hanya biaya utangnya naik, tapi nggak melihat manfaatnya banyak. Kalau pakai bahasa Islam kufur nikmat,” pungkasnya.***